BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 28 April 2010

riya'


Riya’ ini termasuk syirik ashgar namun terkadang bisa juga sampai pada derajat syirik akbar. Al-Imam Ibnul Qayyim berkata ketika memberikan perumpamaan untuk syirik ashgar: “Syirik ashgar itu seumpama riya’ yang ringan.”. Riya adalah sifat tercela, ia sangat membahayakan perjalanan seorang salik(pejalan menuju Allah), karena bisa memberangus nilai ibadahnya. Bahkan riya
dikatagorikan syirik khafi (tersembunyi).

“Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah
mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali(An Nisaa': 142)

Setiap manusia mempunyai kecenderungan ingin dipuji, dan keinginan
itu merupakan proses pembentukan riya dalam diri seseorang. Sifat riya sangat
lembut dan halus, bagaikan gumpalan asap yang memenuhi jiwa dan mengalir
kesegenap pembuluh darah, dampaknya dapat menutup pandangan akal dan iman
seseorang. Bila sifat itu dibiarkan berkembang mewarnai hidupnya, maka sudah
dapat dipastikan, tidak mampu membendung riya menjelma jadi syirik. Sabda Nabi
saw. yang diriwayatkan oleh Adz Dzahabi.

Sifat riya sangat berbahaya bagi orang yang menjalankan ibadah,
karena menelusup ke sela-sela niat. Padahal niat merupakan pangkal dari murni
tidaknya suatu ibadah. Bila amal ibadah seseorang tidak mencerminkan kemurnian
(keikhlasan), akan sia-sia. Sebab, Allah tidak pernah menyuruh hamba-hamba-Nya
untuk berbuat ibadah, kecuali yang dilandasi niatan ikhlas (murni). Sesungguhnya
setiap amal ibadah seorang hamba, tidak dilihat dari sisi lahiriahnya, melainkan
apa yang terlintas dalam hatinya, yaitu niatan ikhlas.
Barangsiapa mencampur adukkan niat ibadah dengan keinginan
nafsunya, sekalipun surga yang diinginkannya, niscaya gugurlah segala amal
ibadahnya. Pahala dan surga adalah makhluk Allah. Mengapa masih mengharap
sesuatu selain Allah.

“Maka perumpamaan orang (yang beramal serta riya) itu seperti batu licin yang
diatasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, Allah menjadikan dia
bersih (tidak bertanah) (Al Baqarah : 264 )

0 komentar: